Rukun Iman adalah pokok – pokok keimanan dan merupakan landasan agama Islam. Rukun Iman terdiri dari Iman kepada Allah, Iman kepada para malaikat, Iman kepada kitab – kitab, Iman kepada Nabi dan Rosul, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman kepada Qadha dan Qadar.
1. Iman kepada Allah swt.
Iman kepada Allah swt adalah sebuah bentuk keimanan akan adanya Allah swt dan keyakinan atas kekuasaan-Nya. Bahwa hanya Allah pemilik segala sesuatu sekaligus penciptanya dan menyakini bahwa tuhan hanya satu yang berhak di sembah yaitu Allah swt.
Keimanan ini disertai dengan kesiapan dan kerelaan untuk taat dan patuh kepada semua ketentuan Allah swt, sebagaimana sabda nabi Muhammad saw : “Iman itu adalah mengenal (mengetahui) dengan hati, mengatakan dengan lisan, serta mengerjakan dengan anggota tubuh.” (HR Ibnu Majah).
2. Iman kepada para Malaikat
Iman kepada para malaikat adalah sebuah bentuk keimanan terhadap keberadaan para malaikat berikut tugasnya yang diberikan oleh Allah swt seperti yang disebutkan dalam al – qur’an dan hadits. Malaikat adalah makhluk Allah swt yang diciptakan dari cahaya. Para malaikat selalu taat beribadah, patuh, dan senantiasa berdzikir kepada Allah swt. Keimanan kepada malaikat secara benar, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perilaku manusia. Karena tidak ada satu ucapan dan tindakan manusia yang tidak dihadiri dan dicatat oleh malaikat yang bertugas untuk itu (QS 50:18).
3. Iman kepada Kitab – Kitab
Iman kepada kitab – kitab Allah artinya beriman bahwa Allah swt menurunkan wahyu dan kitabnya kepada nabi Muhammad saw dan para nabi sebelumnya seperti yang disebutkan dalam al – qur’an. Kitab – kitab yang diturunkan Allah swt disebutkan dalam al – qur’an yaitu : (1) Taurat yang diturunkan Allah kepada nabi Musa, Zabur diturunkan kepada nabi Daud, Injil diturunkan kepada nabi Isa dan al – qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad saw (utusan terakhir pembawa risalah Allah swt).
Untuk umat manusia sekarang maka keimanan tersebut wajib di ikuti dengan membaca, mempelajari, serta mengamalkan isi kitab al – qur’an, karena al – qur’an adalah kitab yang dijaga kemurniannya oleh Allah dan merupakan panduan hidup bagi seluruh umat manusia.
4. Iman kepada Nabi dan Rosul
Nabi dan rosul adalah pembawa risalah Allah swt bagi umat manusia. Nabi adalah manusia yang memperoleh wahyu dari Allah swt, namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu tersebut. Rosul adalah manusia yang memperoleh wahyu dari Allah dan diperintahkan untuk menyampaikannya.
Nabi dan rosul yang wajib diimani adalah 25 nabi yang ditutup oleh nabi Muhammad saw (seperti yang disebutkan dalam al – Qur’an). Yaitu : nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’kub, Yusuf, Ayub, Syuaib, Musa, Harun, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakariya, Yahya, Isa dan Muhammad. Untuk umat manusia sekarang, keimanan dilakukan dengan berupaya semaksimal mungkin mengamalkan sunah (hadits) Rosulullah Muhammad saw.
Beriman kepada para nabi dan rosul dilakukan dengan menyakini bahwa misi atau risala yang mereka bawa adalah benar dari Allah swt, menyakini bahwa para rosul telah menjalani amanah mereka, menyakini bahwa mereka adalah manusia dengan sifat yang manusiawi (makan, minum, tidur, menikah, dll), menyakini bahwa mereka tidak memiliki sifat – sifat ketuhanan (tidak bisa memberi manfaat dan mudharat, tidak bisa mempengaruhi kehendak Allah) dan menyakini bahwa Allah menguatkan mereka dengan mukjizat yang menunjukkan kebenaran mereka sebagai utusan Allah swt.
5. Iman kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir berarti mempercayai semua yang diberitakan Allah swt dalam al – qur’an, dan diberitakan rasulullah dalam hadits tentang segala yang terjadi setelah kematian seperti nikmat dan siksa kubur, kebangkitan, padang mahsyar, mahkamah Allah swt, telaga kautsar, titian sirath, surga dan neraka berikut segala hal yang telah dijanjikan Allah swt kepada penghuni surga dan neraka.
Iman kepada hari akhir adalah penting, karena dengan keimanan yang benar terhadap hari akhir ini, manusia diharapkan dapat lebih mampu mengendalikan diri dalam kesehariannya sehingga senantiasa berupaya memperbanyak amal shaleh, berbuat baik, dan menghindari perbuatan maksiat dan dosa.
6. Iman kepada Qadha dan Qadar.
Menurut Islam, yang dimaksud qadha adalah ketetapan Allah swt sejak jaman azali sesuai dengan iradah (kehendaknya) tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk. Sedangkan qadar adalah perwujudan atau kenyataan dari ketetapan Allah swt terhadap semua makhluk dalam ukuran dan bentuk tertentu sesuai dengan iradah (kehendak) – Nya. Yang dimaksud Jaman azali adalah masa ketika Allah swt hidup sendirian, kecuali qalam (pena) dan lauh al – mahfuzh (lembaran yang terpelihara/ kitab induk) untuk menulis tentang takdir.
Iman kepada takdir memberikan ketenangan dalam kehidupan seorang muslim. Yaitu ketika mendapat musibah, kita menyakini bahwa tidaklah seseorang mendapatkan musibah kecuali telah ditakdirkan Allah swt. Memberikan kekuatan untuk berusaha semaksimal mungkin karena kita tidak pernah tahu takdir Allah swt yang dituliskan di lauh al mahfuzh, kecuali yang telah terjadi dengan diri kita.
Iman kepada qadha dan qadar akan menjadikan manusia senantiasa berfikir positif dan ikhlas terhadap ketetapan Allah swt karena kita menyakini bahwa segala sesuatu terjadi hanya dengan ijin Allah swt. Tugas manusia adalah berusaha pindah dari takdir Allah yang tidak disukainya (buruk) pada takdir yang disukainya (baik).
Demikianlah artikel tentang Rukun Iman dalam ajaran Islam semoga bermanfaat. Iman adalah perjanjian dalam hati sehingga kadar keimanan setiap muslim tidak bisa dilihat secara kasat mata. Seorang yang telah mengaku beriman kemudian diminta menjaga keimanannya dan hal ini terlihat dari tindakan nyata melalui kesanggupannya menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan- Nya.
Daftar Pustaka
Ahmad Hatta, Abas Mansur Tamam dan Ahmad Syahirul Alim. 2014. Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim: Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya dari Lahir sampai Mati Berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Jakarta: Maghfirah Pustaka
Sri Nurhayati dan Wasilah, 2017. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Komentar