Apa itu tsunami ?
Tsunami (say: soo – nah – me) adalah kata dalam bahasa jepang, “tsu” berarti pelabuhan dan “nami” berarti gelombang. Secara harfiah, istilah tsunami awalnya berarti gelombang laut yang menghantam pelabuhan (harbour wave). Kata tsunami banyak digunakan secara internasional karena ilmuwan jepanglah yang pertama kali melakukan kajian keilmuan khusus mengenai tsunami dan pesisir timur jepang adalah wilayah yang aktivitas tsunaminya paling aktif di dunia.
Nama lain tsunami : flutwellen (jerman), vloedgolven (belanda), maremoto (spanyol), raz de maree (prancis), vagues sismiques (perancis), seismic seawaves (inggris).
Secara keilmuan, Tsunami merupakan salah satu kekuatan alam yang fenomenal. Tsunami adalah rangkaian gelombang air laut yang tinggi dan besar (10 atau lebih gelombang) yang mampu bergerak dengan kecepatan hingga sekitar 900 km/jam melintasi lautan. Tsunami terjadi ketika volume air laut dalam jumlah besar bergerak naik dari dasar laut ke permukaan pantai dan membanjiri daerah pesisir.
Apa penyebab terjadinya tsunami ?
Tsunami terjadi setelah adanya gangguan (disturbance) berskala besar yang menyebabkan pergerakan di dasar lautan secara tiba – tiba. Gerakan vertikal pada kerak bumi ini dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba – tiba yang mengakibatkan ganguan keseimbangan air yang berada diatasnya. Hal in mengakibatkan terjadinya aliran energi dan volume air laut yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Pergerakan di bawah laut tersebut dapat disebabkan oleh peristiwa alam (disturbance) seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, tanah longsor dan tumbukan benda langit (cosmic body impact) seperti jatuhnya meteor. Peristiwa yang disebabkan oleh manusia juga dapat menyebabkan tsunami seperti ledakan bom atom di bawah laut (tahun 1946) yang menghasilkan gelombang laut yang dahsyat. Pada umumnya tsunami terbentuk karena peristiwa gempa bumi yang merupakan 90 persen penyebab terbentuknya tsunami.
Pembentukan tsunami.
Tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi (Earthquake-generated tsunami)
Tidak semua gempa bumi dapat menyebabkan tsunami, syarat terjadinya tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi :
- Gempa bumi yang berpusat di tengah lautan dan dangkal (0 – 30 km)
- Gempa bumi dengan kekuatan sekurang – kurangnya 6,5 skala richter
- Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
Gempa dengan karateristik tertentu dapat menghasilkan tsunami yang berbahaya dan mematikan, yaitu:
1. Tipe sesar naik (thrust atau reverse fault)
Tipe ini sangat efektif memindahkan volume air yang berada di atas lempeng untuk bergerak sebagai awal lahirnya tsunami
2. Kemiringan sudut tegak antar lempeng yang bertemu (dip angle)
Semakin tinggi sudut antar lempeng yang bertemu (mendekati 90 derajat) maka semakin efektif tsunami yang terbentuk.
3. Kedalaman pusat gempa (epicentrum) yang dangkal (<70 div="" km="">70>
Semakin dangkal kedalam pusat gempa maka semakin efektif tsunami yang ditimbulkan.
Ketinggian gelombang tsunami di pantai dapat mencapai 30 meter namun gelombang tsunami dengan ketinggian hanya 3 – 7 meter pun dapat sangat merusak dan menyebabkan kematian atau cedera serius. Seberapa tinggi tsunami yang terbentuk di pantai ditentukan oleh karakteristik sumber pemicu tsunami, morfologi dasar laut dan bentuk pantai yang dilalui.
Dengan terpenuhinya ketiga syarat gempa di atas kemungkinan besar tsunami akan terbentuk.
Pada tanggal 26 Desember 2004, gempabumi dengan kekuatan 9 Skala Richter di kedalaman 30 km dasar laut sebelah barat daya Aceh menyebabkan terbentuknya gelombang tsunami dengan kecepatan awal sekitar 700 km/jam. Gelombang ini bergerak ke segala arah dari pusat gempa dan menyapu wilayah pesisir provinsi Aceh dan Sumatera Utara dengan kecepatan antara 15 - 40 km per jam dan tinggi gelombang mencapai 2 hingga 48 meter. Korban jiwa akibat tsunami ini mencapai 250.000 orang lebih. Kemudian dalam 3 jam setelah gempabumi, negara-negara di kawasan Samudera Hindia juga terkena tsunami tersebut.
Ilustrasi : Mekanisme pembentukan tsunami karena peristiwa gempa bumi
Tsunami yang terbentuk karena gempa bumi |
Tsunami yang disebabkan oleh letusan gunung berapi (Volcano-generated tsunami)
Pada tahun 1883, serangkaian letusan gunung krakatau di Indonesia mengakibatkan terbentuknya tsunami. Gelombang tsunami tersebut bergerak ke arah pulau jawa dan sumatera yang menenggelamkan lebih dari 5.000 kapal dan melanda pulau – pulau kecil. Ombak yang terbentuk mencapai setinggi gedung 12 lantai (kurang lebih 40 meter) yang menerjang sekitar 300 desa dan menewaskan lebih dari 36.000 orang.
Tsunami yang disebabkan oleh tanah longsor (Landslide-generated tsunami)
Tsunami yang disebabkan oleh tanah longsor biasanya terjadi secara lokal namun ketika ada tanah longsor yang melibatkan endapat dasar landas kontinen (continental shelf) atau runtuhnya gletser (marine glacier) ke lautan maka tsunami dapat menggapai daerah pesisir berjarak beberapa kilometer dari sumbernya.
Pada tahun 1958, sekitar 81 juta ton es dan batuan longsor ke teluk lutaya, alaska. Gempa yang terjadi sebelumnya telah menyebabkan turunnya massa yang sangat besar ke lautan. Gelombang air laut yang ditimbulkan dari longsoran ini sangat tinggi hingga mencapai 350 – 500 meter. Ini merupakan gelombang air yang tertinggi yang pernah tercatat. Gelombang tsunami tersebut melanda lereng gunung dan menyapu pepohonan. Ajaibnya hanya 2 orang nelayan yang tewas atas peristiwa ini.
Tsunami yang disebabkan oleh tumbukan benda luar angkasa (Cosmic-body impact-generated tsunami)
Tumbukan benda luar angkasa, misal jatuhnya meteor, merupakan gangguan terhadap air laut yang datang dari permukaan. Tsunami yang timbul karena peristiwa ini terjadi sangat cepat dan biasanya bersifat lokal yaitu hanya mempengaruhi pesisir pantai di dekat lokasi jatuhnya benda langit tersebut. sekalipun demikian apabila tumbukan benda luar angkasa dan pergeseran lempeng di bawah laut yang terjadi sangat dahsyat, maka kedua peristiwa ini dapat menghasilkan tsunami yang kuat.
Ketika gangguan (disturbance) berukuran besar terjadi di area lautan, dasar lautan akan naik atau tenggelam (turun) sedemikian hingga sejumlah besar air di dasar lautan juga turut bergerak ke atas dan ke bawah. Dari titik awal terjadinya sumber penyebab tsunami, gelombang yang terbentuk bergerak ke segala arah seperti riak air yang terjadi saat anda melempar batu ke dalam kolam.
Karakteristik tsunami
Dilautan dalam kecepatan gelombang tsunami dapat mencapai 900 km/jam, namun kehadirannya tidak begitu terasakan oleh kapal laut dan tidak terlihat oleh pantauan pesawat dari udara. Hal ini karena di laut dalam panjang gelombang tsunami mencapai ratusan kilometer sehingga ketinggian gelombang tsunami yang terbentuk hanya beberapa meter saja.
Ketika gelombang tsunami mendekati pantai, kecepatan gelombang berkurang dan ketinggian gelombangnya meningkat. Gelombang tsunami bergerak menjadi lebih lambat ketika berada di perairan lebih dangkal. Sebagai akibatnya gelombang – gelombang yang berada di belakangnya membuntuti dan mengejar ketertinggalan dan mendorong gelombang di depannya sehingga di dekat pantai gelombang tsunami menjadi lebih tinggi. (lihat gambar : Tsunami wave modifications)
Tsunami wave modifications |
Ketinggian gelombang tsunami di pantai dapat mencapai 30 meter namun gelombang tsunami dengan ketinggian hanya 3 – 7 meter pun dapat sangat merusak dan menyebabkan kematian atau cedera serius. Seberapa tinggi tsunami yang terbentuk di pantai ditentukan oleh karakteristik sumber pemicu tsunami, morfologi dasar laut dan bentuk pantai yang dilalui.
Tsunami dapat menerjang wilayah pesisir yang jaraknya dekat ataupun jauh hingga ribuan kilometer dari sumber pemicu atau gangguannya. Sehingga interval kedatangan tsunami bervariasi sekitar 5 sampai 90 menit antara terciptanya gelombang ini dengan bencana yang ditimbulkannya di pesisir pantai. Gelombang tsunami pertama yang tiba di pantai seringkali bukanlah yang terbesar. Gelombang tsunami ini juga dapat terus terjadi sampai sekitar 12 jam.
Walaupun gelombang gelombang tsunami tidak selalu berbentuk seperti gelombang ombak namun ia memiliki energi yang kuat sehingga dapat bergerak lebih jauh di daratan dibandingkan gelombang air ombak biasa. Saat mencapai pantai, tsunami akan merayap masuk ke daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa mencapai beberapa kilometer.
Salah satu pertanda datangnya tsunami adalah surutnya permukaan air di pantai, pada pantai yang landai, surutnya air laut dapat mencapai lebih dari 80 meter menjauhi pantai.
Tsunami dan perbedaannya dengan gelombang ombak biasa (Wind waves)
Perilaku gelombang tsunami sangat berbeda dari gelombang laut biasa. Tsunami memiliki periode gelombang yang lebih panjang dibandingkan dengan periode gelombang ombak biasa. Periode gelombang tsunami cukup bervariasi, mulai dari 2 menit hingga lebih dari 1 jam. Panjang gelombang tsunami sangat besar antara 100 sampai 200 km. Jauh lebih besar dari kedalaman air yang dilintasi gelombang tsunami tersebut. Bandingkan dengan ombak laut biasa di pantai selancar yang mungkin hanya memiliki periode 10 detik dan panjang gelombang 150 meter.
Tsunami memiliki keunikan yang khas bila dibandingkan dengan gelombang ombak yang dihasikan dari pergerakan angin (wind wave). Yaitu jumlah energi yang terkandung di dalam gelombang tsunami sangat besar.
Tsunami juga berbeda dengan gelombang laut biasa yang mana hanya bagian permukaan atas saja yang bergerak sedangkan gelombang tsunami mengalami pergerakan di seluruh bagian volume air mulai dari permukaan air laut hingga air dari bagian dalam atau dasar samudera.
Berikut ini ilustrasi perbandingan gelombang tsunami dan gelombang laut biasa.
Perbandingan Tsunami dan Gelombang ombak biasa |
Dampak Tsunami
Ketika naik ke daratan, tsunami menyapu bersih apapun yang dilewatinya. Kemudian ketika gelombang tsunami kembali ke arah laut, arus bawah yang kuat menyeret puing – puing ke arah lautan. Daya rusak tsunami sangat kuat sedemikian hingga walaupun genangan akibat tsunami hanya setinggi 50 cm namun tetap dapat menyebabkan kerusakan serius. Ketika tsunami menghantam daerah pesisir pantai maka ia dapat menyebabkan luka serius, kematian, kerusakan pada bangunan dan lingkungan.
Photo satelit dampak tsunami akibat gempa bumi di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam |
Kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami utamanya berasal dari hantaman gelombang tinggi, genangan banjir, dan reruntuhan longsoran material bangunan. Ada juga kerusakan akibat barang – barang yang mengapung terbawa gelombang tsunami seperti kapal laut dan mobil yang menghantam bangunan dan manusia.
Resiko bencana akibat tsunami lainnya adalah banjir, pencemaran air bersih, pencemaran air asin pada lahan pertanian, kebakaran akibat pipa gas atau minyak yang bocor, rusaknya infrastruktur vital lingkungan (seperti kantor polisi, pemadam kebakaran, rumah sakit dan sekolah).
Daerah pesisir pantai yang berdekatan mungkin mengalami dampak tsunami yang berbeda. Satu daerah pesisir pantai dapat terdampak kerusakan yang parah sedangkan daerah pesisir yang berdekatan dapat tidak mengalami kerusakan yang berarti.
Referensi :
Vulcanological Survey of Indonesia, Departemen energi dan sumber daya mineral
Japan Meteorological Agency website
Tsunami, Disusun oleh Nanin Trianawati Sugito, ST., MT, 2008
www.tsunami.nooa.gov
Berbagi artikel tentang tsunami.
Komentar